Wednesday, July 17, 2013

Sejarah Kyai Semar

Lintas Tulisan -  Kyai Lurah Semar Badranaya adalah nama tokoh panakawan paling utama dalam pewayangan Jawa. Tokoh ini dikisahkan sebagai pengasuh sekaligus penasihat para kesatria dalam pementasan kisah-kisah Mahabharata dan Ramayana. Tentu saja nama Semar tidak ditemukan dalam naskah asli kedua wiracarita tersebut yang berbahasa Sanskerta, karena tokoh ini merupakan asli ciptaan pujangga Jawa.

Semar adalah punakawan dari Ida Bhatara Hyang Siwa Pasupati, yang diciptakan pada jaman Pandawa. Hyang Siwa Pasupati mempunyai 4 punakawan yaitu Semar, Petruk, Gareng dan Bagong. Semar di Bali dikenal bernama Tualen, Petruk adalah merdah, Gareng adalah Sangut dan Bagong adalah Delem.
Pada saat Panca Pandawa mengasingkan diri ke alas, alas yang dicapai adalah alas Jawa, karena diceritakan pada saat itu semua pulau masih bersatu. Bukti dari Panca Pandawa datang ke alas Jawa yaitu Bima kawin dengan seorang raksasa bernama Diyah Dimbi dan lahirlah Gatot Kaca. Juga Arjuna bertapa di gunung yang sekarang dikenal dengan gunung Arjuna di Jawa, serta karena pada saat itu banyak sekali raksasa-raksasa yang mengganggu Arjuna dalam tapanya, maka diturunkanlah 4 punakawan oleh Ida Bhatara Hyang Siwa Pasupati untuk menjaga Arjuna. Dalam pertapaannya Arjuna diberi sebuah panah sakti oleh Hyang Siwa Pasupati.

Tak dapat dipungkiri bahwa dari kisah Arjuna bersemedi di tanah Jawa kemudian muncul Semar di dunia ini sebagai pamong para raja-raja atau pemimpin seluruh dunia. Semar kemudian diberi gelar Sada Siwa oleh Hyang Siwa Pasupati, atau dalam Hindu Dharma dikenal juga sebagai Sang Hyang Ismaya dan Manik Maya. Sebutan Beliau yang lain adalah Sabda Palon.
Semar adalah juga merupakan Dewa yang mengatasi semua Dewa dan Dewa yang menjelma menjadi manusia. Semar juga kemudian menjadi pamong para Pandawa dan ksatrya utama lainnya yang tidak terkalahkan.

Semar merupakan pamong yang sepi ing pamrih, rame ing ngawe. Sepi akan maksud, rajin dalam bekerja. Semar mengembani sifat membangun dan melaksanakan perintah Hyang Widi demi kesejahteraan umat manusia di jagat raya ini. Beliau seorang punakawan yang disegani dan disenangi oleh banyak raja dan para Dewata. Beliau berpenampilan sederhana sebagaimana rakyat biasa, walau sebagai abdi raja karena Beliau adalah pelayan umat manusia untuk mencapai keadilan dan kebenaran di muka bumi.
Beliau di Nusantara adalah sebagai Dang Hyang-nya Nusantara (nenek moyang Nusantara). Beliau berumur jutaan tahun dan hidup abadi atau moksa. Sekali beliau tidur adalah 500 tahun lamanya dan setiap Beliau terbangun pasti ada suatu kerajaan atau keyakinan yang sedang berselisih.

Beliau juga sebagai lurah karang dempel. Karang artinya gersang, dempel artinya keteguhan jiwa. Rambut beliau menguncung, rambutnya memberi tahukan kepada umat manusia; akuning sang kuncung artinya adalah, akulah sebagai kepribadian pelayan umat manusia. Kain beliau bernama parangkusumorojo yang artinya perwujudan dewonggowantah. Dewonggowantah artinya, menuntun umat manusia agar mencapai memayuhayuning bawono yang artinya, terjadinya keadilan dan kebenaran di muka bumi.

Jadi sesunguhnya Semar itu hampir sama tugasnya dengan Ibu Dewi Kwan Im, yaitu bilamana umat manusia belum mencapai kebahagaian maka Beliau tidak akan pergi ke alam nirwana atau alam Siwa Budha.
Semar mengatakan kepada saya bahwa Beliau-lah yang bertugas memberikan ilmu pengetahuan kepada umat manusia agar umat manusia terlepas dari segala penderitaan dan mencapai moksa.

Semar berkata; bojo sira arsa mardi kamardikan, ajwa samar sumingkiring dur kamurkan mardik, yang artinya, merdekanya jiwa dan sukma. Jadi umat manusia dituntun oleh Beliau agar terlepas dari segala penderitaan dan mencapai moksa. Semar sebagai pralambang ngelmu gaib atau simbulnya alam gaib. Kasampurnaning pati. Beliau tidak akan pernah mati karena Beliau sudah mencapai kesempurnaan.
Jadi singkat cerita Hyang Semar atau nenek moyang Nusantara atau Dhang Hyang-nya Nusantara adalah yang mengemban tugas untuk mempersatukan umat dari masalah-masalah kerohanian.

Dikalangan spiritual Jawa ,Tokoh wayang Semar ternyata dipandang bukan sebagai fakta historis, tetapi lebih bersifat mitologi dan symbolis tentang KeEsa-an, yaitu: Suatu lambang dari pengejawantahan expresi, persepsi dan pengertian tentang Illahi yang menunjukkan pada konsepsi spiritual. Pengertian ini tidak lain hanyalah suatu bukti yang kuat bahwa orang Jawa sejak jaman prasejarah adalah Relegius dan ber keTuhan-an yang Maha Esa.

Semar dalam bahasa Jawa (filosofi Jawa) disebut Badranaya
Bebadra = Membangun sarana dari dasar
Naya = Nayaka = Utusan mangrasul
Artinya : Mengemban sifat membangun dan melaksanakan perintah Allah demi kesejahteraan manusia

Javanologi : Semar = Haseming samar-samar
Harafiah : Sang Penuntun Makna Kehidupan

Semar tidak lelaki dan bukan perempuan, tangan kanannya keatas dan tangankirinya kebelakang. Maknanya : "Sebagai pribadi tokoh semar hendak mengatakan simbul Sang Maha Tunggal". Sedang tangan kirinya bermakna "berserah total dan mutlak serta sekaligus simbol keilmuan yang netral namun simpatik".

Domisili semar adalah sebagai lurah karangdempel / (karang = gersang) dempel =keteguhan jiwa.
Rambut semar "kuncung" (jarwadasa/pribahasa jawa kuno) maknanya hendak mengatakan : akuning sang kuncung = sebagai kepribadian pelayan. Semar sebagai pelayan mengejawantah melayani umat, tanpa pamrih, untuk melaksanakan ibadah amaliah sesuai dengan sabda Ilahi.
Semar barjalan menghadap keatas maknanya : "dalam perjalanan anak manusiaperwujudannya ia memberikan teladan agar selalu memandang keatas (sang Khaliq ), yang maha pengasih serta penyayang umat".Kain semar Parangkusumorojo: perwujudan Dewonggowantah (untuk menuntun manusia), agar memayuhayuning bawono : menegakan keadilan dan kebenaran di bumi.

Ciri sosok semar adalah
Semar berkuncung seperti kanak kanak,namun juga berwajah sangat tua
Semar tertawannya selalu diakhiri nada tangisan
Semar berwajah mata menangis namun mulutnya tertawa
Semar berprofil berdiri sekaligus jongkok
Semar tak pernah menyuruh namun memberikan konsekwensi atas nasehatnya
Kebudayaan Jawa telah melahirkan religi dalam wujud kepercayaan terhadap Tuhanyang Maha Esa, yaitu adanya wujud tokoh wayang Semar, jauh sebelum masuknyakebudayaan Hindu, Budha dan Islam di tanah Jawa.

Dari tokoh Semar wayang ini akan dapat dikupas, dimengerti dan dihayati sampai dimana wujud religi yang telah dilahirkan oleh kebudayaan Jawa.

Semar (pralambang ngelmu gaib) - kasampurnaning pati.Gambar kaligrafi jawa tersebut bermakna :Bojo sira arsa mardi kamardikan, ajwa samar sumingkiring dur-kamurkan Mardikaartinya "merdekanya jiwa dan sukma", maksudnya dalam keadaan tidak dijajah olehhawa nafsu dan keduniawian, agar dalam menuju kematian sempurna tak ternodai oleh dosa. Manusia jawa yang sejati dalam membersihkan jiwa (ora kebanda ingkadonyan, ora samar marang bisane sirna durka murkamu) artinya : "dalam mengujibudi pekerti secara sungguh-sungguh akan dapat mengendalikan dan mengarahkanhawa nafsu menjadi suatu kekuatan menuju kesempurnaan hidup".

Sejarah Kyai Semar Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Bocah Ndeso

0 komentar:

Post a Comment