Udara tengah menunjukkan polah. Mendesir menerpa apa saja yang dilintasi. Dedaunan melambai meneteskan embun, merasakan belaian halus. kicau burung bertengger di ujung ranting. Seirama suara hembusan menyejukkan helaan nafas. Mengaliri saluran hidung, memompa jantung dalam darah nadi. Mengendurkan urat saraf-membuka tiap inci pori di tubuh. Tapi masih terasa dingin ketika menyentuh kulit. Seseorang merasakan momen ini. Pria paruh baya mengenakan kaos oblong lusuh, rambut gondrong berantakan menjuntai dikeningnya. Duduk termenung diatap gedung kampus berlantai tiga. Sepuntung ganja dihisap perlahan. Meniadakan keinginan untuk meninggalkan ketinggian dia berada.
Tata kota yang terlihat dari atap gedung menjadi imaji, mendapat perhatian pikiran ia sepenuhnya.
Posisi kampus yang strategis berada di tengah-tengah kota, memungkinkan ia melihat tata kota di segala penjuru. Sebelah selatan terlihat pegunungan yang berselimut gumpalan awan putih berkabut. Angin darat mengarak awan melintasi hamparan hijau berlalu di kaki bukit. Rindang pepohonan yang menjulang. Perubahan langit, terlelap dalam kemelut malam. Diterpa hangat cahaya kuning kemerah-merahan di ufuk timur, membagi rata cahaya dalam hiruk pikuk kehidupan kota kecil. Kota administratif yang mengalami peralihan fungsi tanah dari letak geografis agraris menjadi semi industri.
Terlihat dari hamparan sawah menjadi tanah kaplingan, beton cor, pasak dan aspal. Berubah menjadi gedung-gedung perkantoran, selokan-selokan di rumah-rumah penduduk yang padat merayap, dan pabrik-pabrik membuang limbahnya ke selokan itu, sanitasinya bermuara ke sungai besar yang memisah bagian timur dan barat kota menuju lautan. Sehingga kendaraan-kendaraan bermuatan berat yang melintas di jalur deandless, harus melewati jembatan tua peninggalan belanda itu. Fenomena ini mengisi pikiran kosongnya. Terefleksi dari kedua bola matanya yang sepanjang malam berlalu belum terpejamkan. Perasaan takjubnya menyapa pagi dengan senyuman. Urat saraf di wajah mengeras. Menahan mimik lesung pipi selalu tersenyum. Pengaruh aroma rokok atjeh mendorong imaji di otak kiri, tanpa mengabaikan peran otak kanan.
Temperatur udara dingin terasa hampir OoC. Angin berhembus menerpa wajahnya yang memucat. Menjuntaikan rambut gondrongnya yang berantakan. Ia kembali menatap berai awan berdesir terbawa angin ke utara. Terlihat di kejauhan kapal-kapal nelayan terombang-ambing ombak meniti di garis horisontal laut lepas. Segala pikiran tercurahkan pada obyek yang dilihat, benaknya berkata :
”Aku Menatap Langit Di Atas Atap Kampus.
Memprediksikan Perubahan Cuaca Hari Ini.
Merasakan Udaranya. Menghirup Udara Yang Sama.
Mencoba Membuka Pikiran…
Merasionalkan Segalanya…
Hidup Bukan Di Mulai Ketika Terdengar Tangisan Bayi Untuk Pertama Kalinya.
Dan Hidup Bukan Berakhir Ketika Jantung Tak Mampu Lagi Berdetak.
Berawal Jauh Sebelum Segalanya Terjadi
Perubahan Akan Selalu Abadi
Entah, Kenapa Perasaanku Bertentangan Dengan Pikiranku
Seakan Kontradiksi Ini Memanipulasi Pikiran Memilih Kesadaran Semu
Apapun Itu
Hidupku…
Duniaku…
Adalah Siapa Diriku !!!
0 komentar:
Post a Comment